Corona : Antara Was-was, Ketakutan, dan Optimisme
Fenomena corona yang mendadak membuat semua orang terhenyak kaget …
Pengusaha harus berpikir empat lima kali untuk mempertahankan usahanya..
Pengobat harus berfikir bagaimana cara ngobatin yang aman ..
Pedagang harus mengatur otak..
bagaimana tidak, jika ada tumpukan orang yg belanja karena kalaupun usahanya rame siap siap dirazia petugas karena pembatasan jarak . Belum lagi masalah suplier yg berpengaruh terhadap bahan baku ..lah gimana tidak Cina sebagai produsen terbesar bahan baku di dunia ini kalang kabut dengan datangnya virus corona yg tidak permisi..
Dibagian lain konsumen dan pasien lebih bingug lagi karena saat sakit juga takut terpapar saat berobat.. Konsumen takut beli jajanan belanjaan dipinggir jalan sementara mall mall tutup..
Nah apalagi yg terjadi dengan buruh harian hampir tercekik karena ojol, tukang beca, buruh pabrik harian mengandalkan hidupnya dari penghasilan hari perhari sementara produktifitas semua menurun karena orang harus tinggal dirumah .. Apa yg diangkut, siapa yg naik beca, dan siapa yg belanja juga tidak jelas.
Terus sampai kapan begini ..jawabannya sama : tidak tahu sampai kapan …
Lantas jika kita merenung kenapa ini terjadi..
Apakah Tuhan sudah benci dunia ini,
atau benci kepada kita sebagai manusia..
Apakah Tuhan lebih sayang kepada hewan dan tumbuhan dimana hewan dan tumbuhan belum ada yg terberitakan kena corona, mereka masih aman makan di pingir jalan bekasan manusia..
Saya curiga mungkin Tuhan mau menggantikan manusia oleh hewan ???, atau ini hanya sebagai simbol bahwa sudah banyak manusia yg bersifat kehewanan. Sampe sampe Tuhan sudah tidak berkenan lagi kita semua masuk ketempat peribadatan.
Mesjid, gereja, wihara semua ditutup..
Mekah, vatikan, aqso pun tidak boleh dikunjungi ..
Begitu najis kah kita sehingga Tuhan sudah menutup semua pintu , pintu rejeki pintu sujud pintu berdendang dan memuja muji
Jadi apa maksud Tuhan..pikiran saya berkecamuk di sela berita yg menakutkan setiap hari …
Hati saya bermain pikiran saya menelusup kedalam raga dan teringat sebuah kata kata indah dalam kitab bahwa Tuhan jangan dicari dimana mana Tuhan lebih dekat dengan tenggorokanmu ..
Jika Tuhan benci kita tidak mungkin Tuhan bersemayam dalam diri kita ..Tuhan pasti jauh…
Saya terus terus berjalan kedalam diri masih ada detakan masih ada tarikan nafas masih ada bau mulut sayaa ??, saya tersentak ternyata Tuhan masih ada bersemayam dalam hati saya.
Satu jawaban yang saya dapat hari ini mungkin corona menyuruh kita memaknai keberadaan kita keberadaan Tuhan dalam diri kita bukan diluar tempat yg selalu kita datangi untuk ibadah.
Tuhan menyanyangi kita dalam kalbu, dalam detak jantung, dan dalam tetesan darah.. Satu jawaban ini membuat saya tenang.
Masalah usaha, masalah ketakutan, masalah hidup kita dapat pikirkan lagi nanti .
Temukan dulu Tuhan zat yang mengatur hidup ..
Zat yang maha memiliki.
Biarkan energi ini menjadi pembuka rejeki dibagian kedua hidup kita.