Diabetes Adalah
Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan ciri-ciri berupa tingginya kadar gula (glukosa) darah. Glukosa merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh manusia.
Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Jika diabetes tidak dikontrol dengan baik, dapat timbul berbagai komplikasi yang membahayakan nyawa penderita.
Kadar gula dalam darah dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas, yaitu organ yang terletak di belakang lambung. Pada penderita diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi.
Jenis-Jenis Diabetes
Secara umum, diabetes dibedakan menjadi dua jenis, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1 terjadi karena sistem kekebalan tubuh penderita menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang memproduksi insulin. Hal ini mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah, sehingga terjadi kerusakan pada organ-organ tubuh. Diabetes tipe 1 dikenal juga dengan diabetes autoimun. Pemicu timbulnya keadaan autoimun ini masih belum diketahui dengan pasti. Dugaan paling kuat adalah disebabkan oleh faktor genetik dari penderita yang dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan.
Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang lebih sering terjadi. Diabetes jenis ini disebabkan oleh sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitif terhadap insulin, sehingga insulin yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan dengan baik (resistensi sel tubuh terhadap insulin). Sekitar 90-95% persen penderita diabetes di dunia menderita diabetes tipe ini.
Selain kedua jenis diabetes tersebut, terdapat jenis diabetes khusus pada ibu hamil yang dinamakan diabetes gestasional. Diabetes pada kehamilan disebabkan oleh perubahan hormon, dan gula darah akan kembali normal setelah ibu hamil menjalani persalinan.
Gejala Diabetes
Diabetes tipe 1 dapat berkembang dengan cepat dalam beberapa minggu, bahkan beberapa hari saja. Sedangkan pada diabetes tipe 2, banyak penderitanya yang tidak menyadari bahwa mereka telah menderita diabetes selama bertahun-tahun, karena gejalanya cenderung tidak spesifik. Beberapa ciri-ciri diabetes tipe 1 dan tipe 2 meliputi:
- Sering merasa haus.
- Sering buang air kecil, terutama di malam hari.
- Sering merasa sangat lapar.
- Turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
- Berkurangnya massa otot.
- Terdapat keton dalam urine. Keton adalah produk sisa dari pemecahan otot dan lemak akibat tubuh tidak dapat menggunakan gula sebagai sumber energi.
- Lemas.
- Pandangan kabur.
- Luka yang sulit sembuh.
- Sering mengalami infeksi, misalnya pada gusi, kulit, vagina, atau saluran kemih.
Beberapa gejala lain juga bisa menjadi ciri-ciri bahwa seseorang mengalami diabetes, antara lain:
- Mulut kering.
- Rasa terbakar, kaku, dan nyeri pada kaki.
- Gatal-gatal.
- Disfungsi ereksi atau impotensi.
- Mudah tersinggung.
- Mengalami hipoglikemia reaktif, yaitu hipoglikemia yang terjadi beberapa jam setelah makan akibat produksi insulin yang berlebihan.
- Munculnya bercak-bercak hitam di sekitar leher, ketiak, dan selangkangan, (akantosis nigrikans) sebagai tanda terjadinya resistensi insulin.
Beberapa orang dapat mengalami kondisi prediabetes, yaitu kondisi ketika glukosa dalam darah di atas normal, namun tidak cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes. Seseorang yang menderita prediabetes dapat menderita diabetes tipe 2 jika tidak ditangani dengan baik.
Faktor Risiko Diabetes
Seseorang akan lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 jika memiliki faktor-faktor risiko, seperti:
- Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 1.
- Menderita infeksi virus.
- Orang berkulit putih diduga lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 dibandingkan ras lain.
- Bepergian ke daerah yang jauh dari khatulistiwa (ekuator).
- Diabetes tipe 1 banyak terjadi pada usia 4-7 tahun dan 10-14 tahun, walaupun diabetes tipe 1 dapat muncul pada usia berapapun.
Sedangkan pada kasus diabetes tipe 2, seseorang akan lebih mudah mengalami kondisi ini jika memiliki faktor-faktor risiko, seperti:
- Kelebihan berat badan.
- Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 2.
- Kurang aktif. Aktivitas fisik membantu mengontrol berat badan, membakar glukosa sebagai energi, dan membuat sel tubuh lebih sensitif terhadap insulin. Kurang aktif beraktivitas fisik menyebabkan seseorang lebih mudah terkena diabetes tipe 2.
- Usia. Risiko terjadinya diabetes tipe 2 akan meningkat seiring bertambahnya usia.
- Menderita tekanan darah tinggi (hipertensi).
- Memiliki kadar kolesterol dan trigliserida abnormal. Seseorang yang memiliki kadar kolesterol baik atau HDL (high-density lipoportein) yang rendah dan kadar trigliserida yang tinggi lebih berisiko mengalami diabetes tipe 2.
- Khusus pada wanita, ibu hamil yang menderita diabetes gestasional dapat lebih mudah mengalami diabetes tipe 2. Selain itu, wanita yang memiliki riwayat penyakit polycystic ovarian syndrome (PCOS) juga lebih mudah mengalami diabetes tipe 2.
Diagnosis Diabetes
Gejala diabetes biasanya berkembang secara bertahap, kecuali diabetes tipe 1 yang gejalanya dapat muncul secara tiba-tiba. Dikarenakan diabetes seringkali tidak terdiagnosis pada awal kemunculannya, maka orang-orang yang berisiko terkena penyakit ini dianjurkan menjalani pemeriksaan rutin. Di antaranya adalah:
- Orang yang berusia di atas 45 tahun.
- Wanita yang pernah mengalami diabetes gestasional saat hamil.
- Orang yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) di atas 25.
- Orang yang sudah didiagnosis menderita prediabetes.
Tes gula darah merupakan pemeriksaan yang mutlak akan dilakukan untuk mendiagnosis diabetes tipe 1 atau tipe 2. Hasil pengukuran gula darah akan menunjukkan apakah seseorang menderita diabetes atau tidak. Dokter akan merekomendasikan pasien untuk menjalani tes gula darah pada waktu dan dengan metode tertentu. Metode tes gula darah yang dapat dijalani oleh pasien, antara lain:
Tes Gula Darah Sewaktu
Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa darah pada jam tertentu secara acak. Tes ini tidak memerlukan pasien untuk berpuasa terlebih dahulu. Jika hasil tes gula darah sewaktu menunjukkan kadar gula 200 mg/dL atau lebih, pasien dapat didiagnosis menderita diabetes.
Tes Gula Darah Puasa
Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa darah pada saat pasien berpuasa. Pasien akan diminta berpuasa terlebih dahulu selama 8 jam, kemudian menjalani pengambilan sampel darah untuk diukur kadar gula darahnya. Hasil tes gula darah puasa yang menunjukkan kadar gula darah kurang dari 100 mg/dL menunjukkan kadar gula darah normal. Hasil tes gula darah puasa di antara 100-125 mg/dL menunjukkan pasien menderita prediabetes. Sedangkan hasil tes gula darah puasa 126 mg/dL atau lebih menunjukkan pasien menderita diabetes.
Tes Toleransi Glukosa
Tes ini dilakukan dengan meminta pasien untuk berpuasa selama semalam terlebih dahulu. Pasien kemudian akan menjalani pengukuran tes gula darah puasa. Setelah tes tersebut dilakukan, pasien akan diminta meminum larutan gula khusus. Kemudian sampel gula darah akan diambil kembali setelah 2 jam minum larutan gula. Hasil tes toleransi glukosa di bawah 140 mg/dL menunjukkan kadar gula darah normal. Hasil tes tes toleransi glukosa dengan kadar gula antara 140-199 mg/dL menunjukkan kondisi prediabetes. Hasil tes toleransi glukosa dengan kadar gula 200 mg/dL atau lebih menunjukkan pasien menderita diabetes.
Tes HbA1C (glycated haemoglobin test)
Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa rata-rata pasien selama 2-3 bulan ke belakang. Tes ini akan mengukur kadar gula darah yang terikat pada hemoglobin, yaitu protein yang berfungsi membawa oksigen dalam darah. Dalam tes HbA1C, pasien tidak perlu menjalani puasa terlebih dahulu. Hasil tes HbA1C di bawah 5,7 % merupakan kondisi normal. Hasil tes HbA1C di antara 5,7-6,4% menunjukkan pasien mengalami kondisi prediabetes. Hasil tes HbA1C di atas 6,5% menunjukkan pasien menderita diabetes.
Hasil dari tes gula darah akan diperiksa oleh dokter dan diinformasikan kepada pasien. Jika pasien didiagnosis menderita diabetes, dokter akan merencanakan langkah-langkah pengobatan yang akan dijalani. Khusus bagi pasien yang dicurigai menderita diabetes tipe 1, dokter akan merekomendasikan tes autoantibodi untuk memastikan apakah pasien memiliki antibodi yang merusak jaringan tubuh, termasuk pankreas.
Pengobatan Diabetes
Pasien diabetes diharuskan untuk mengatur pola makan dengan memperbanyak konsumsi buah, sayur, protein dari biji-bijian, serta makanan rendah kalori dan lemak. Pasien diabetes dan keluarganya dapat berkonsultasi dengan dokter atau dokter gizi untuk mengatur pola makan sehari-hari.
Untuk membantu mengubah gula darah menjadi energi dan meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin, pasien diabetes dianjurkan untuk berolahraga secara rutin, setidaknya 10-30 menit tiap hari. Pasien dapat berkonsultasi dengan dokter untuk memilih olahraga dan aktivitas fisik yang sesuai.
Pada diabetes tipe 1, pasien akan membutuhkan terapi insulin untuk mengatur gula darah sehari-hari. Selain itu, beberapa pasien diabetes tipe 2 juga disarankan untuk menjalani terapi insulin untuk mengatur gula darah. Insulin tambahan tersebut akan diberikan melalui suntikan, bukan dalam bentuk obat minum. Dokter akan mengatur jenis dan dosis insulin yang digunakan, serta memberitahu cara menyuntiknya.
Pada kasus diabetes tipe 1 yang berat, dokter dapat merekomendasikan operasi pencangkokan (transplantasi) pankreas untuk mengganti pankreas yang mengalami kerusakan. Pasien diabetes tipe 1 yang berhasil menjalani operasi tersebut tidak lagi memerlukan terapi insulin, namun harus mengonsumsi obat imunosupresif secara rutin.
Pada pasien diabetes tipe 2, dokter akan meresepkan obat-obatan, salah satunya adalah metformin, obat minum yang berfungsi untuk menurunkan produksi glukosa dari hati. Selain itu, obat diabetes lain yang bekerja dengan cara menjaga kadar glukosa dalam darah agar tidak terlalu tinggi setelah pasien makan, juga dapat diberikan.
Pasien diabetes harus mengontrol gula darahnya secara disiplin melalui pola makan sehat agar gula darah tidak mengalami kenaikan hingga di atas normal. Selain mengontrol kadar glukosa, pasien dengan kondisi ini juga akan diaturkan jadwal untuk menjalani tes HbA1C guna memantau kadar gula darah selama 2-3 bulan terakhir.
Komplikasi Diabetes
Sejumlah komplikasi yang dapat muncul akibat diabetes tipe 1 dan 2 adalah:
- Penyakit jantung
- Stroke
- Gagal ginjal kronis
- Neuropati diabetik
- Gangguan penglihatan
- Depresi
- Demensia
- Gangguan pendengaran
- Luka dan infeksi pada kaki yang sulit sembuh
- Kerusakan kulit akibat infeksi bakteri dan jamur
- Diabetes akibat kehamilan dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil dan bayi.
Contoh komplikasi pada ibu hamil adalah preeklamsia. Sedangkan contoh komplikasi yang dapat muncul pada bayi adalah:
- Kelebihan berat badan saat lahir.
- Kelahiran prematur.
- Gula darah rendah (hipoglikemia).
- Keguguran.
- Penyakit kuning.
- Meningkatnya risiko menderita diabetes tipe 2 pada saat bayi sudah menjadi dewasa.
Pencegahan Diabetes
Diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah karena pemicunya belum diketahui. Sedangkan, diabetes tipe 2 dan diabetes gestasional dapat dicegah, yaitu dengan pola hidup sehat. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah diabetes, di antaranya adalah:
- Mengatur frekuensi dan menu makanan menjadi lebih sehat
- Menjaga berat badan ideal
- Rutin berolahraga
- Rutin menjalani pengecekan gula darah, setidaknya sekali dalam setahun
Pemahaman Seputar Indeks Massa Tubuh
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu cara untuk mengetahui rentang berat badan ideal Anda dan memprediksi seberapa besar risiko gangguan kesehatan Anda. Metode ini digunakan untuk menentukan berat badan yang sehat berdasarkan berat dan tinggi badan.
Angka indeks massa tubuh atau dalam bahasa Inggris Body Mass Index (BMI) digunakan untuk menunjukkan kategori berat badan seseorang apakah sudah proporsional atau belum. Melalui IMT, seseorang akan tahu apakah berat badannya termasuk kategori normal, kelebihan, atau justru kekurangan.
Pemahaman Seputar Indeks Massa Tubuh – Alodokter
Indeks massa tubuh didapat dengan membagi berat badan seseorang dalam satuan kilogram dengan tinggi mereka dalam meter kuadrat. Bagi sebagian orang, nilai indeks massa tubuh kemungkinan tidak akurat. Mereka yang sedang hamil, binaragawan, atau atlet dengan tingkat aktivitas tinggi adalah golongan dengan nilai IMT yang tidak mencerminkan kesehatan saat itu. Artinya, meski nilai IMT mereka di atas normal, bukan berarti mereka memiliki lemak berlebihan.
Penggolongan Berat Badan Berdasarkan IMT
Perhitungan IMT dibagi menjadi empat kategori:
- Seseorang mengalami obesitas jika IMT-nya sama dengan atau di atas 30.
Saat IMT seseorang menyentuh angka 25-29,9, maka dia dikategorikan mengalami kelebihan berat badan. - IMT normal atau berat badan ideal berada di kisaran 18,5-24,9.
Jika seseorang memiliki IMT di bawah angka 18,5, maka orang tersebut memiliki berat badan di bawah normal.
Sedangkan untuk populasi Asia, termasuk Indonesia, pengelompokan IMT adalah sebagai berikut:
- Seseorang mengalami obesitas jika IMT-nya berada di atas 25.
Saat IMT seseorang menyentuh angka 23-24,9, maka dia dikategorikan mengalami kelebihan berat badan. - IMT normal berada di kisaran 18,5-22,9.
Jika seseorang memiliki IMT di bawah angka 18,5, maka orang tersebut memiliki berat badan di bawah normal.
Semakin besar IMT seseorang, semakin besar pula bentuk tubuhnya. Sebaliknya, semakin rendah IMT, maka orang tersebut cenderung memiliki badan yang kurus.
Sayangnya, angka-angka di atas kurang akurat jika diterapkan kepada penderita gangguan makan, seperti anoreksia nervosa. Angka indeks massa tubuh juga tidak mewakili mereka yang mengalami obesitas tingkat ekstrem.
Jangan Terlalu Mengandalkan Indeks Massa Tubuh
IMT memang bisa dijadikan patokan agar seseorang waspada terhadap berat badan yang tidak normal. Namun, bergantung secara berlebihan pada angka tersebut juga tidaklah bijaksana. Salah satu kelemahan perhitungan IMT adalah hasil IMT bersifat umum karena tidak memperhitungkan faktor-faktor lain, seperti tipe bentuk tubuh, usia, dan tingkat aktivitas seseorang.
Jika ada dua individu memiliki indeks massa tubuh yang sama, namun berbeda jenis kelamin dan usia, maka hal tersebut perlu juga diperhitungkan.
Dari mana asal berat badan seseorang juga bisa menjadi perhitungan indeks massa tubuh menjadi tidak akurat, misalnya saja para atlet atau binaragawan. Kedua kelompok ini kemungkinan memiliki berat badan yang lebih tinggi karena memiliki tubuh atletis. Berat badan berasal dari massa otot, bukan lemak tubuh.
Berdasarkan usia misalnya, orang dewasa cenderung memiliki lebih banyak lemak tubuh dibandingkan anak-anak. Sementara terhadap jenis kelamin, kaum hawa secara alami memiliki lemak tubuh yang lebih banyak daripada pria.
Demikian juga dengan aktivitas dan bentuk tubuh seseorang. Meski memiliki indeks massa tubuh yang normal, orang-orang yang kurang bergerak kemungkinan memiliki lemak tubuh lebih banyak. Mereka yang memiliki lebih banyak lemak di perut, dinilai lebih rentan mendapat gangguan kesehatan.
Lemak yang mengendap di perut dan pinggang terkait dengan risiko penyakit jantung dan diabetes tipe 2. Sedangkan mereka yang memiliki timbunan lemak di pinggul dan paha dianggap lebih aman dari ancaman penyakit-penyakit tersebut.
Hal yang patut diperhatikan namun luput dari perhitungan IMT adalah etnis seseorang. Masing-masing etnis dihadapkan kepada ancaman kesehatan tersendiri. Bagi orang Asia, IMT 27 atau lebih tinggi sudah termasuk obesitas. Padahal, kategori obesitas secara umum berada pada kisaran IMT lebih dari 30.
Penyakit atau kondisi medis tertentu, seperti malnutrisi atau asites, juga dapat menyebabkan perhitungan BMI menjadi tidak akurat. Hal ini karena terjadinya penambahan berat badan akibat timbunan cairan tubuh.
Pentingnya Menjaga Berat Badan
Terlepas dari segala kekurangannya, perhitungan IMT baik diketahui terutama sebagai pengingat untuk menjaga berat badan. Jika Anda memiliki berat badan kurang, Anda bisa menggunakan suplemen vitamin penggemuk badan dan memperbaiki pola makan. Sebaliknya, jika tubuh Anda kegemukan, Anda bisa mencoba diet sehat dan lebih sering olahraga.
Dengan memiliki berat badan yang normal, keuntungan berikut bisa didapatkan.
- Dapat melakukan aktivitas lebih banyak karena stamina lebih tinggi.
- Meminimalkan seseorang dari risiko terkena nyeri sendi dan nyeri otot.
- Memiliki pola dan kualitas tidur yang lebih baik.
- Kinerja jantung akan lebih ringan.
- Peredaran darah dan metabolisme juga akan lebih baik.
- Mengurangi risiko terkena penyakit jantung dan kanker tertentu.
- Mengurangi kolesterol, trigliserida, glukosa darah, dan menurunkan risiko terkena diabetes tipe 2.
Mengingat banyaknya keuntungan memiliki berat badan ideal, pengetahuan mengenai indeks massa tubuh masih layak untuk dipertahankan terutama sebagai kontrol diri. Pastikan pola makan yang sehat dan olahraga yang teratur menjadi kebiasaan Anda sehari-hari. Jika mengalami masalah berat badan dan sulit mengatur atau mencapai berat badan ideal, Anda dapat berkonsultasi ke dokter untuk mendapat langkah penanganan lebih lanjut.
Deretan Makanan Untuk Penderita Diabetes yang Baik dan Buruk
Memilih makanan untuk penderita diabetes memiliki peran penting untuk menjaga kadar gula di dalam darah. Pasien diabetes tidak bisa leluasa mengonsumsi makanan. Pasalnya, jika salah asupan, kadar gula darah bisa meningkat. Untuk itu, harus diketahui jenis makanan untuk penderita diabetes yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan.
Peningkatan kadar gula darah pada penderita diabetes dapat berisiko menimbulkan dampak pada kesehatan, seperti kelelahan, pusing, kerusakan saraf, gagal ginjal, penyakit jantung, masalah pada mata, lebih rentan terkena infeksi dan luka, bahkan kehilangan kesadaran atau koma.
Makanan yang Dianjurkan
Penderita diabetes perlu hati-hati saat menyantap makanan. Selain dengan pengobatan, diabetes juga perlu ditangani dengan mengikuti pola makan khusus, yang disebut terapi nutrisi medis. Pada penderita diabetes, terapi ini menganjurkan konsumsi makanan bergizi yang rendah lemak dan kalori, agar kadar gula darah mereka tetap terkontrol.
Berikut ini contoh pilihan makanan yang baik untuk penderita diabetes:
- Makanan yang terbuat dari biji-bijian utuh atau karbohidrat kompleks, seperti nasi merah, ubi panggang, oatmeal, roti, dan sereal dari biji-bijian utuh.
- Daging tanpa lemak atau ayam tanpa kulit.
- Sayur-sayuran yang diproses dengan cara direbus, dikukus, dipanggang, atau dikonsumsi mentah. Sayuran yang baik dikonsumsi untuk penderita diabetes di antaranya adalah brokoli dan bayam.
- Buah-buahan segar. Jika Anda ingin menjadikannya jus, sebaiknya jangan ditambah gula.
- Kacang-kacangan, termasuk kacang kedelai dalam bentuk tahu yang dikukus, dimasak untuk sup, atau ditumis.
- Popcorn tawar.
- Susu atau produk olahan susu rendah lemak, seperti yoghurt dan telur.
- Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi yoghurt rendah lemak tanpa pemanis tambahan dapat mencegah penyakit diabetes tipe 2.
- Berbagai jenis ikan, seperti tuna, salmon, sarden dan makarel. Namun, hindari ikan dengan kadar merkuri tinggi, misalnya ikan tongkol.
Makanan yang Harus Dihindari
Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, belum puas rasanya jika menu hidangan tidak dilengkapi nasi putih. Padahal bagi penderita diabetes, jenis makanan pokok ini sebaiknya dihindari karena mengandung kadar gula yang tinggi dibanding sumber karbohidrat lainnya.
Selain nasi putih, ada beberapa jenis makanan lain yang harus dihindari jika ingin kadar gula darah tetap terjaga, yakni:
- Roti tawar putih.
- Makanan yang terbuat dari tepung terigu.
- Sayuran yang dimasak dengan tambahan garam, keju, mentega, dan saus dalam jumlah banyak.
- Buah-buahan kaleng yang mengandung banyak gula.
- Sayuran kaleng yang mengandung garam tinggi.
- Daging berlemak.
- Produk susu tinggi lemak.
- Makanan yang digoreng, seperti ayam goreng, ikan goreng, pisang goreng, dan kentang goreng.
- Popcorn kaya rasa.
- Kulit ayam.
Jika Anda menderita diabetes, dianjurkan untuk mengonsumsi makanan buatan sendiri. Dengan begitu Anda bisa memantau bahan baku dan bahan tambahan apa saja yang akan digunakan dalam makanan untuk Anda konsumsi. Selain jeli dalam memilih makanan untuk penderita diabetes, Anda juga disarankan untuk rutin mengecek kadar gula darah.
Jenis tes gula darah beragam seperti tes gula darah puasa, tes gula darah sewaktu, tes hemogblobin A1c (HbA1c), dan tes toleransi glukosa oral. Konsultasikan ke dokter untuk menentukan tes gula darah jenis apa yang cocok dengan kondisi Anda, beserta takaran makanan yang pas bagi tubuh Anda.
Dengan pola makan sehat, olahraga, dan pengobatan yang tepat, maka kadar gula darah dapat lebih mudah terkontrol sehingga risiko terkena komplikasi penyakit diabetes pun akan menjadi lebih rendah.
Diabetes pada Anak: Penyebab, Risiko, dan Gejala
Anak yang menderita diabetes bisa mengalami gejala berupa sering haus dan sering buang air kecil, serta banyak makan tapi berat badannya justru turun. Sebagai orang tua, penting bagi Anda untuk mengenali berbagai risiko dan gejala diabetes pada anak agar kondisi ini tidak terlambat ditangani oleh dokter.
Tubuh membutuhkan hormon insulin untuk membantu sel-sel, jaringan, dan organ tubuh menggunakan glukosa atau gula darah sebagai sumber energi. Hormon insulin ini dihasilkan di pankreas.
Ketika hormon insulin berkurang atau sel-sel tubuh kesulitan menggunakan insulin, maka dapat terjadi penumpukan gula darah. Hal inilah yang menyebabakan penyakit diabetes.
Menurut data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), angka kejadian diabetes pada anak usia 0-18 tahun di Indonesia meningkat hingga lebih dari 1000 kasus dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini.
Tipe-Tipe Diabetes pada Anak Penyebabnya
Berdasarkan penyebabnya, penyakit diabetes pada anak secara umum terbagi menjadi 2 tipe, yaitu:
Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 adalah tipe diabetes yang yang lebih sering terjadi pada anak-anak dan remaja. Namun diabetes tipe 1 juga terkadang bisa menyerang bayi, balita, dan orang dewasa.
Diabetes tipe 1 terjadi akibat kelainan autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh anak merusak atau menghancurkan pankreasnya sendiri, sehingga fungsi pankreas menjadi terganggu.
Akibatnya, anak yang menderita diabetes tipe 1 hanya menghasilkan sedikit atau bahkan tidak menghasilkan hormon insulin sama sekali. Kondisi ini bisa menyebabkan kadar gula darah meningkat dan lama kelaamaan merusak organ serta jaringan tubuh.
Hingga saat ini, penyebab pasti terjadinya diabetes tipe 1 pada anak belum diketahui. Namun, seorang anak bisa rentan terkena diabetes tipe1 apabila ia memiliki faktor risiko berikut:
- Genetik atau keturunan, misalnya memiliki riwayat diabetes tipe 1 dalam keluarga.
- Riwayat infeksi virus.
- Pola makan kurang sehat, misalnya sering mengonsumsi makanan atau minuman yang manis.
Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 disebabkan oleh resistensi insulin atau kondisi ketika sel-sel tubuh anak kesulitan menggunakan insulin untuk memanfaatkan gula darah sebagai energi. Pada kasus tertentu, diabetes tipe 2 juga bisa terjadi akibat berkurangnya produksi insulin. Karena terjadinya gangguan tersebut, kadar gula darah anak dapat meningkat.
Diabetes tipe 2 biasanya rentan terjadi pada anak berusia berusia di atas 10 tahun atau pada usia remaja.
Ada beberapa faktor risiko yang dapat membuat anak rentan terkena diabetes tipe 2, yaitu:
- Memiliki orang tua atau saudara dengan riwayat penyakit diabetes.
- Berat badan berlebih atau obesitas pada anak.
- Kebiasaan sering mengonsumsi makanan tinggi gula dan lemak.
- Kurang aktif bergerak atau jarang olahraga.
Gejala-Gejala Diabetes pada Anak
Gejala diabetes tipe 1 dan 2 juga secara umum sulit dibedakan dan sering kali mirip satu sama lain. Sebagian anak yang menderita diabetes tipe 1 atau pun tipe 2 tidak menunjukkan adanya gejala atau merasakan adanya keluhan.
Namun, pada sebagian anak yang lain, diabetes dapat menimbulkan beberapa gejala berikut ini:
1. Sering haus dan buang air kecil
Kadar gula darah berlebih akan dibuang melalui urine. Hal ini akan membuat anak sering buang air kecil atau bahkan mengompol. Dengan banyaknya cairan tubuh yang keluar, anak pun akan cepat merasa haus dan minum lebih banyak dari biasanya.
2. Nafsu makan meningkat
Anak yang menderita diabetes akan kesulitan menghasilkan energi akibat gangguan fungsi atau berkurangnya jumlah insulin. Akibatnya, anak akan merasa sering sering kelaparan dan makan lebih banyak untuk memperoleh energi.
3. Berat badan turun
Meski makan lebih banyak dari biasanya, namun berat badan anak yang menderita diabetes justru akan turun. Tanpa pasokan energi dari gula, jaringan otot dan simpanan lemak akan menyusut. Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas kerap menjadi tanda pertama dari diabetes pada anak.
4. Terlihat lelah atau lesu
Anak yang menderita diabetes mungkin akan terlihat lebih lemah dan lesu karena kurangnya energi di dalam tubuh. Anak bisa tetap terlihat lesu meski sudah makan dalam jumlah atau porsi yang besar.
5. Penglihatan kabur
Kadar gula darah yang tinggi akibat diabetes lama kelamaan bisa menyebabkan saraf mata membengkak. Kondisi ini dapat membuat anak mengalami gangguan penglihatan atau pandangannya terasa buram.
6. Muncul luka atau infeksi di tubuh yang sulit sembuh
Karena kadar gula darah yang tinggi, seorang anak yang menderita diabetes akan memiliki luka yang sulit sembuh saat cedera atau terluka. Selain menghambat proses penyembuhan luka, diabetes juga dapat membuat anak rentan terserang infeksi.
7. Warna kulit menghitam
Resistensi insulin dapat menyebabkan kulit menjadi gelap, terutama di area ketiak dan leher. Kondisi ini disebut akantosis nigrikans.
Selain beberapa gejala di atas, seorang anak yang menderita diabetes juga kerap menunjukkan tanda gejala lain, seperti sering rewel atau menangis terus-menerus, napas berbau seperti buah, dan muncul ruam popok.
Pengobatan Diabetes pada Anak
Pengobatan diabetes pada anak perlu disesuaikan dengan jenis diabetes yang diderita anak. Untuk menentukan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang berupa tes gula darah dan tes autoantibodi diabetes untuk menentukan apakah anak menderita diabetes tipe 1 atau 2.
Jika anak terdiagnosis menderita diabetes tipe 1, maka dokter akan memberikan terapi insulin untuk mengendalikan gula darah. Sementara jika anak terkena diabetes tipe 2, dokter akan memberikan obat-obatan antidiabetes. Terapi insulin juga dapat diberikan pada diabetes tipe 2, jika diabetes yang diderita anak sudah sudah berat.
Selain itu, dokter juga biasanya akan menganjurkan orang tua untuk menjaga pola makan anak dan mengajak anak rutin berolahraga.
Diabetes yang terlambat ditangani umumnya akan menimbullkan sejumlah komplikasi berat yang dapat membahayak kondisi Si Kecil. Oleh sebab itu, pastikan Anda memeriksakan kondisi Si Kecil ke dokter anak apabila ia memiliki risiko tinggi atau sudah menunjukkan beberapa gejala diabetes pada anak.
Benarkah Diabetes Bisa Mengakibatkan Stroke?
Penderita diabetes diwajibkan untuk memerhatikan jenis makanan yang dikonsumsi, rutin berolahraga, teratur minum obat, dan melakukan kontrol rutin ke dokter. Hal ini karena banyak komplikasi serius yang dapat terjadi pada penderita diabetes, dan salah satunya adalah stroke.
Penyakit diabetes atau kencing manis ditandai dengan tingginya kadar gula darah, baik akibat kurangnya jumlah insulin maupun akibat sel tubuh tidak sensitif terhadap insulin. Menurut American Diabetes Association, orang yang menderita diabetes memiliki risiko 1,5 kali lebih besar untuk terkena stroke. Lantas, bagaimana sebenarnya diabetes bisa mengakibatkan stroke?
Hubungan Diabetes dan Stroke
Diabetes dapat menyebabkan stroke jika gula darah tidak terkontrol dengan baik. Kadar gula darah yang terlalu tinggi dalam darah dapat menyebabkan terbentuknya sumbatan dan deposit lemak di pembuluh darah. Ketika pembuluh darah tersumbat, suplai oksigen dan darah ke otak akan terganggu sehingga terjadilah penyakit stroke.
Risiko terjadinya penyakit stroke akan semakin meningkat jika penderita sudah berusia di atas 50 tahun, memiliki kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol, jarang berolahraga, mengalami obesitas, serta memiliki riwayat penyakit jantung atau hipertensi.
Mengenali Gejala Stroke pada Penderita Diabetes
Ketika terkena stroke, penderita diabetes tiba-tiba akan mengalami gejala berupa:
Wajah tampak turun pada satu sisi
Sebelah wajah penderita stroke akan mengalami kelemahan atau kelumpuhan, sehingga kelopak mata dan sudut bibir terlihat turun.
Kelemahan pada satu sisi anggota gerak
Penderita stroke juga dapat mengalami kelemahan atau kelumpuhan lengan dan tungkai pada salah satu sisi tubuh.
Kesulitan berbicara
Stroke dapat membuat penderitanya mengalami kesulitan untuk berbicara, bicaranya pelo, atau bahkan tidak mampu bicara sama sekali meskipun terlihat sadar.
Selain itu, keluhan lain yang sering timbul ketika seseorang mengalami stroke adalah gangguan kesadaran, sakit kepala yang berat, kehilangan keseimbangan, gangguan penglihatan, dan mengompol akibat inkontinensia urine. Inkontinensia urine pada penderita stroke terjadi karena adanya kelemahan pada otot-otot yang berfungsi untuk menahan urine.
Pertolongan Pertama untuk Penderita Stroke
Penderita stroke perlu mendapatkan pertolongan medis sesegera mungkin setelah gejala muncul. Bahkan, AHA (American Heart Association) menyebutkan “time lost brain lost” ketika seseorang mengalami stroke diperlukan, karena semakin banyak waktu yang hilang, kerusakan otak yang terjadi akan semakin parah.
Golden period atau waktu emas penanganan stroke adalah 6 jam setelah serangan atau gejalanya muncul. Deteksi dan penanganan yang cepat dan tepat akan menentukan kondisi pasien dan menurunkan risiko komplikasi yang mungkin muncul ke depannya.
Berikut ini adalah pertolongan pertama yang bisa dilakukan ketika terdapat orang atau keluarga di sekitar Anda mengalami gejala stroke:
- Segera dibawa ke rumah sakit terdekat.
- Pastikan orang yang mengalami stroke berada dalam posisi yang aman dan nyaman.
- Apabila penderita mengalami kesulitan bernapas, longgarkan pakaian atau apa pun yang mengganggunya bernapas, misalnya dasi atau syal.
- Hindari memberikan makanan, minuman, atau obat apa pun, hingga dokter menyarankan sebaliknya.
- Apabila muncul gejala kesulitan untuk menelan, miringkan posisi mereka.
Dalam kondisi darurat, dokter akan memberikan penanganan sesegera mungkin untuk memastikan kondisi pasien tetap stabil. Kemudian, dokter akan memberikan pengobatan sesuai dengan penyebab dan kondisi yang memicu stroke. Pada stroke yang disebabkan oleh diabetes, umumnya penanganan yang dilakukan oleh dokter adalah memberikan pengobatan untuk mengendalikan kadar gula darah penderita.
Inkontinensia urine yang terjadi saat penderita diabetes mengalami stroke juga harus mendapatkan penanganan. Selain menjalani fisioterapi, penderita perlu mengenakan popok dewasa karena adanya keterbatasan dalam bergerak.
Gunakan popok dewasa dengan daya serap yang baik dan daya tampung maksimal agar pengguna tetap merasa nyaman dan rembesan urine tidak menyebabkan kulit di sekitarnya lembap. Karena, kulit yang lembap mudah mengalami iritasi dan infeksi, terutama pada penderita diabetes.
Popok dewasa bisa digunakan sesuai dengan kebutuhan, bila perlu, Anda bisa memilih popok dewasa yang khusus digunakan untuk siang ataupun malam hari. Pastikan juga ukuran popok pas, tidak terlalu sempit atau longgar, dan gantilah popok secara rutin segera setelah kotor.
Hati-hati, penderita diabetes lebih berisiko terkena stroke, apalagi jika kadar gula darahnya tidak terkontrol. Oleh karena itu, cek kadar gula darah secara teratur, rutin kontrol ke dokter, dan jalani pola hidup yang sehat.
Bahaya Minuman Manis terhadap Kesehatan
Produk minuman manis sangat laku di pasaran dan makin lama makin beragam jenisnya. Meski rasanya nikmat, minuman manis bisa membahayakan kesehatan, apalagi jika dikonsumsi secara berlebihan. Ketahui apa saja bahaya minuman manis terhadap kesehatan agar Anda tidak sembarang mengonsumsinya.
Minuman manis merupakan jenis minuman yang telah diberikan pemanis, seperti gula cair, brown sugar, sirop, madu, konsentrat buah, dan pemanis buatan. Beberapa contoh minuman manis yang banyak digemari adalah soda, jus buah, minuman kemasan, dan minuman boba.
Selain tinggi gula, produk minuman manis tidak banyak mengandung nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh. Bahkan, jus buah murni yang dikatakan sehat karena mengandung banyak vitamin sebenarnya tidak lebih sehat dibandingkan buah utuh. Hal ini karena kandungan serat dalam jus buah sangat rendah sementara kandungan gulanya tinggi.
Konsumsi gula secara berlebihan dikaitkan dengan peningkatan berat badan dan munculnya beragam penyakit, seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan beberapa jenis kanker.
Kenali Bahaya Minuman Manis terhadap Tubuh
Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi 2–6 gelas minuman manis setiap minggunya dapat meningkatkan risiko kematian sebesar 6%, dan konsumsi 1–2 gelas minuman manis per hari dapat meningkatkan risiko kematian sebesar 14%.
Bahaya minuman manis terhadap kesehatan tidak bisa dianggap remeh. Berikut ini adalah beberapa penyakit yang dapat muncul akibat terlalu banyak mengonsumsi minuman manis:
1. Obesitas
Peningkatan berat badan terjadi ketika jumlah kalori yang masuk lebih besar daripada jumlah kalori yang dibakar untuk beraktivitas. Nah, kandungan gula yang tinggi dalam minuman manis akan memberikan Anda asupan kalori dalam jumlah besar.
Berbeda dengan makanan padat, minuman manis tidak memberikan rasa kenyang, sehingga Anda tetap akan mengonsumsi makanan dalam jumlah banyak meski sudah mendapatkan banyak kalori dari minuman manis. Akibatnya, kalori yang masuk akan melebihi kebutuhan tubuh dan terjadilah kenaikan berat badan.
Kenaikan berat badan yang tidak terkendali bisa menyebabkan overweight dan obesitas. Obesitas merupakan faktor risiko berbagai penyakit mematikan, seperti penyakit jantung koroner, stroke, dan beberapa jenis kanker.
Oleh karena itu, batasilah konsumsi minuman manis untuk mencegah obesitas sekaligus menurunkan risiko kematian akibat penyakit-penyakit tersebut.
2. Diabetes
Kandungan gula yang cukup tinggi dalam minuman manis dapat meningkatkan kadar gula darah dan memperbesar risiko Anda terkena diabetes. Diabetes dapat menyebabkan komplikasi pada ginjal, mata, dan jantung.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi 1–2 gelas minuman manis setiap harinya dapat meningkatkan risiko terjadinya diabetes tipe 2 sebanyak 26%.
3. Kolesterol tinggi dan penyakit jantung
Ada dua jenis kolesterol, yaitu kolesterol baik (high density lipoprotein/HDL) dan kolesterol jahat (low density lipoprotein/LDL). Orang yang sering mengonsumsi minuman manis cenderung memiliki kadar HDL yang lebih rendah dan kadar LDL yang tinggi.
Kadar LDL yang tinggi dapat meningkatkan risiko Anda mengalami penyempitan pembuluh darah di jantung. Sebuah penelitian menyatakan bahwa mengonsumsi 1 kaleng minuman manis per hari akan meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung sebanyak 20%.
4. Kerusakan gigi
Konsumsi makanan atau minuman tinggi gula dapat menyebabkan kerusakan pada gigi. Untuk menghindarinya, minuman manis hanya disarankan untuk dikonsumsi saat jam makan.
Hal ini juga berlaku untuk jus buah karena kandungan gula dan asam di dalamnya dapat merusak gigi. Oleh karena itu, jus buah sebaiknya hanya dikonsumsi saat jam makan utama dan jumlahnya juga perlu dibatasi. Jumlah konsumsi jus buah murni yang disarankan adalah 150 ml per hari.
5. Jenis kanker tertentu
Sebuah penelitian menyatakan bahwa konsumsi minuman manis secara berlebihan dapat meningkatkan risiko munculnya kanker secara umum, kecuali kanker paru-paru, kanker prostat, dan kanker usus besar. Jenis kanker yang berhubungan erat dengan konsumsi minuman manis adalah kanker payudara.
Konsumsi jus buah murni secara berlebihan juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker. Oleh karena itu, konsumsi buah utuh jauh lebih disarankan daripada konsumsi jus buah yang hanya sarinya saja.
Untuk menghindari bahaya minuman manis, Anda perlu membatasi konsumsinya. Sebagai pengganti minuman manis, Anda dapat memilih air putih atau air berkarbonasi yang tidak mengandung pemanis. Anda juga bisa mengonsumsi minuman soda rendah kalori yang kandungan gulanya lebih sedikit.
Jika Anda sering mengonsumsi minuman manis, tidak ada salahnya Anda memeriksakan diri ke dokter untuk memantau kadar gula darah dan mengetahui risiko munculnya penyakit lain akibat konsumsi gula yang berlebihan.
Sekali lagi, diabetes adalah …
Diabetes adalah penyakit kronis atau yang berlangsung jangka panjang yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah (glukosa) hingga di atas nilai normal. Ada dua jenis utama diabetes, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2.
Faktor Risiko Diabetes
Faktor risiko diabetes tipe 1, antara lain:
- Faktor riwayat keluarga atau keturunan, yaitu ketika seseorang akan lebih memiliki risiko terkena diabetes tipe 1 jika ada anggota keluarga yang mengidap penyakit yang sama, karena berhubungan dengan gen tertentu.
- Faktor geografi, orang yang tinggal di daerah yang jauh dari garis khatulistiwa, seperti di Finlandia dan Sardinia, berisiko terkena diabetes tipe 1. Hal ini disebabkan karena kurangnya vitamin D yang bisa didapatkan dari sinar matahari, sehingga akhirnya memicu penyakit autoimun.
- Faktor usia. Penyakit ini paling banyak terdeteksi pada anak-anak usia 4-7 tahun, kemudian pada anak-anak usia 10-14 tahun.
- Faktor pemicu lainnya, seperti mengonsumsi susu sapi pada usia terlalu dini, air yang mengandung natrium nitrat, sereal dan gluten sebelum usia 4 bulan atau setelah 7 bulan, memiliki ibu dengan riwayat preeklampsia, serta menderita penyakit kuning saat lahir.
Faktor risiko diabetes tipe 2, antara lain:
- Berat badan berlebih atau obesitas.
- Distribusi lemak perut yang tinggi.
- Gaya hidup tidak aktif dan jarang beraktivitas atau berolahraga.
- Riwayat penyakit diabetes tipe 2 dalam keluarga.
- Ras kulit hitam, hispanik, Native American, dan Asia-Amerika, memiliki angka pengidap lebih tinggi dibandingkan dengan ras kulit putih.
- Usia di atas 45 tahun, walaupun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi sebelum usia 45 tahun.
- Kondisi prediabetes, yaitu ketika kadar gula darah lebih tinggi dari normal, tapi tidak cukup tinggi untuk diklasifikasikan sebagai diabetes.
- Riwayat diabetes saat hamil.
- Wanita dengan sindrom ovarium polikistik, yang ditandai dengan menstruasi tidak teratur, pertumbuhan rambut berlebihan, dan obesitas.
Penyebab Diabetes
Diabetes disebabkan karena adanya gangguan dalam tubuh, sehingga tubuh tidak mampu menggunakan glukosa darah ke dalam sel, sehingga glukosa menumpuk dalam darah. Pada diabetes tipe 1, gangguan ini disebabkan karena pankreas tidak dapat memproduksi hormon tertentu. Sedangkan pada diabetes tipe 2, gangguan ini terjadi akibat tubuh tidak efektif menggunakan hormon tertentu atau kekurangan hormon tertentu yang relatif dibandingkan kadar glukosa darah. Kadar glukosa yang tinggi ini dapat merusak pembuluh darah kecil di ginjal, jantung, mata, dan sistem saraf, sehingga mengakibatkan berbagai macam komplikasi.
Gejala Diabetes
Beberapa gejala diabetes tipe 1 dan tipe 2, antara lain:
- Sering merasa haus.
- Frekuensi buang air kecil meningkat, terutama pada malam hari.
- Rasa lapar yang terus-menerus.
- Berat badan turun tanpa sebab yang jelas.
- Lemas dan merasa lelah.
- Pandangan yang kabur.
- Luka yang lama sembuh.
- Sering mengalami infeksi pada kulit, saluran kemih, gusi, atau vagina.
Diagnosis Diabetes
Dokter akan mendiagnosis diabetes pada seseorang dengan melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah dan urine.
Komplikasi Diabetes
Baik diabetes tipe 1 maupun 2 dapat menyebabkan komplikasi berupa kerusakan retina mata, kerusakan saraf, penyakit stroke dan jantung koroner, kerusakan ginjal, disfungsi seksual, keguguran, atau bayi lahir mati dari ibu yang mengidap diabetes.
Pengobatan Diabetes
Pengobatan diabetes tipe 1, antara lain:
- Hormon tertentu untuk mengontrol glukosa darah. Pemberian hormon ini dengan cara disuntikkan pada lapisan di bawah kulit sekitar 3-4 kali sehari sesuai dosis yang dianjurkan dokter.
- Pola makan sehat dan olahraga teratur untuk membantu mengontrol tingkat glukosa darah.
- Merawat kaki dan memeriksakan mata secara berkala untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Pengobatan diabetes tipe 2, antara lain:
-
Perubahan pola hidup sehat, antara lain:
-
- Menghindari makanan berkadar glukosa tinggi atau berlemak tinggi.
- Meningkatkan makanan tinggi serat.
- Melakukan olahraga secara teratur, minimal 3 jam setiap minggu.
- Menurunkan dan menjaga berat badan tetap ideal.
- Menghindari atau berhenti merokok.
- Menghindari atau berhenti mengonsumsi minuman beralkohol.
- Menjaga kesehatan kaki dan mencegah kaki terluka.
- Memeriksa kondisi kesehatan mata secara rutin.
- Pemberian obat-obatan diabetes di bawah pengawasan dokter.
Pencegahan Diabetes
Pada diabetes tipe 1, antara lain:
- Menjalani pengobatan intensif jika terdapat anggota keluarga yang mengidap diabetes tipe 1.
- Menjalami tes DNA untuk mengetahui adanya gen pembawa atau penyakit diabetes tipe 1.
Pada diabetes tipe 2, antara lain:
- Mempertahankan berat badan ideal dengan mengonsumsi makanan rendah lemak.
- Mengonsumsi makanan tinggi serat seperti buah dan sayur.
- Mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis.
- Berolahraga secara rutin dan banyak melakukan aktivitas fisik.
- Mengurangi waktu duduk diam terlalu lama, seperti ketika menonton televisi.
- Menghindari atau berhenti merokok.
Artikel diambil dari