Testimoni Terapi Energi Sodik Koharudin : Mikrosefalus
Sodik Koharudin Terapis | Entrepeneur | Konsultan
Pada video kali ini kita menyimak testimoni dari Ibu Elis yang putrinya (Weni) menderita mikrosefalus yaitu kondisi dimana rongga kepala tidak berkembang sempurna sehingga mengganggu pertumbuhan otak. Weni datang untuk terapi pertama kali pada usia 18 bulan dengan kondisi belum mampu bangun, tidak memiliki nafsu makan, dan kondisi otot yang lemah.
Sang Bunda terus berikhtiar dengan rutin menjalani terapi, kini setelah 3,5 tahun adik weni telah aktif bergerak, memiliki nafsu makan dan daya tahan tubuh yang baik. Kini adik Weni tetap menjalani terapi rutin dengan fokus terapi untuk membantu stimulasi proses berbicara.
Dukungan keluarga terdekat merupakan faktor penting dalam setiap proses menjemput kesembuhan, kasus mikrosefalus, adhd, hidrosefalus, dan kasus serupa makin cepat ditangani maka makin besar pula peluangnya untuk pulih.
Simak pengalaman – pengalaman luar biasa #TerapiEnergi dari #AaSodikKoharudin lainnya di
https://sodikkoharudin.com
Klik like, subscribe, dan bagikan informasi ini semoga menjadi pemercik harapan bagi para pasien lain yang tengah berikhtiar dalam menjemput kesembuhan.
Ingat untuk selalu mengonsumsi air khusus terapi Atera27 yang merupakan paket energi pengobatan yang siap membantu pemulihan kondisi pasien. https://atera27.com
Sekolah terapis Manajemen Terapi Holistik Indonesia
https://mthi.web.id
Setiap orang mampu dan bisa menjadi terapis melalui metode pelatihan yang efektif dan telah teruji mengantarkan banyak pasien mentransformasi dirinya menjadi jembatan manfaat bagi sesama sebagai terapis.
Referensi :
Mikrosefalus atau mikrosefali (microcephaly) adalah kondisi langka di mana kepala bayi berukuran lebih kecil dari ukuran kepala bayi normal. Mikrosefalus juga ditandai dengan ukuran otak yang menyusut serta tidak berkembang dengan sempurna. Kondisi ini bisa sudah ada sejak bayi lahir, tetapi bisa juga terjadi kemudian pada bayi normal di tahun-tahun pertama masa pertumbuhannya.
Gejala Mikrosefalus
Tanda klinis utama mikrosefalus adalah ukuran kepala bayi yang jauh lebih kecil daripada ukuran normal. Ukuran kepala bisa ditentukan melalui pengukuran lingkar kepala bayi atau bagian atas kepala. Kondisi ini bisa disertai dengan gejala yang berupa:
Bayi sering menangis
Kejang
Gangguan penglihatan
Gangguan berbicara
Gangguan mental
Gangguan gerak dan keseimbangan tubuh
Hilang pendengaran
Panjang badan rendah
Terhambatnya perkembangan bayi untuk belajar berdiri, duduk, atau berjalan
Kesulitan menelan makanan
Hiperaktif, yaitu kondisi di mana anak sulit fokus terhadap satu objek dan sulit untuk duduk dengan tenang.
Penyebab Mikrosefalus
Mikrosefalus atau mikrosefali (microcephaly) terjadi karena perkembangan otak yang tidak normal. Gangguan perkembangan otak tersebut bisa terjadi ketika bayi masih berada di dalam rahim atau setelah dilahirkan.
Sejumlah penyebab mikrosefalus, di antaranya adalah:
Cedera otak, seperti trauma otak atau hypoxia-ischemia (cedera otak karena kekurangan pasokan oksigen), yang terjadi sebelum atau saat kelahiran
Infeksi pada ibu hamil, seperti toksoplasmosis atau infeksi parasit akibat mengonsumsi daging yang belum matang, infeksi Campylobacter pylori, cytomegalovirus, herpes, rubella, sifilis, HIV, hingga virus Zika
Kelainan genetik, seperti sindrom Down
Malnutrisi parah pada janin
Terpapar zat berbahaya, seperti logam (arsenik atau merkuri), alkohol, rokok, radiasi, atau NAPZA
Feniketonuria yang tidak segera ditangani. Kondisi ini menyebabkan tubuh tidak mampu mengurai fenilalanin, yaitu suatu jenis asam amino pembentuk protein.
Diagnosis Mikrosefalus
Dokter dapat mencurigai seorang bayi menderita mikrosefalus jika terdapat tanda dan gejalanya, yang diperkuat oleh pemeriksaan fisik ketika bayi dilahirkan. Namun, diagnosis mikrosefalus sebaiknya dilakukan pada masa kehamilan supaya bisa diketahui dan ditangani sejak dini.
Pada masa kehamilan, mikrosefalus dapat terdeteksi dengan pemeriksaan USG. Prosedur ini akan menghasillkan citra atau gambar mengenai bentuk tubuh janin di dalam rahim. Pemeriksaan USG untuk mendeteksi mikrosefalus dapat dilakukan saat mendekati akhir trimester ke-2 kehamilan atau awal trimester ke-3 kehamilan.
Sementara itu, diagnosis mikrosefalus yang dilakukan setelah bayi lahir adalah melalui pemeriksaan fisik dengan mengukur lingkar kepala bayi. Ukuran kepala bayi kemudian akan dibandingkan dengan bagan lingkar kepala bayi normal.
Pengukuran lingkar kepala akan dilakukan dalam waktu kurang dari 24 jam setelah bayi lahir. Jika dokter mencurigai adanya mikrosefalus pada bayi, maka akan dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengonfirmasi kondisi ini. Di antaranya melalui:
MRI
CT scan
Tes darah
Tes urine
Foto Rontgen.
Pengobatan dan Pencegahan Mikrosefalus
Belum ditemukan pengobatan untuk menyembuhkan mikrosefalus sehingga ukuran kepala penderitanya bisa kembali normal. Langkah penanganan hanya bertujuan untuk membantu perkembangan fisik dan perilaku, serta mengatasi kejang pada bayi penderita mikrosefalus.
Beberapa bentuk penanganan bagi bayi penderita mikrosefalus adalah:
Terapi bicara
Terapi fisik
Pemberian obat-obatan, untuk mengontrol gejala kejang dan hiperaktif, serta untuk meningkatkan fungsi saraf dan otot.
Beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan ibu hamil agar janin tidak menderita mikrosefalus adalah:
Selalu menjaga kebersihan tangan
Mengonsumsi makanan sehat dan vitamin pada masa kehamilan
Menggunakan losion antinyamuk bila tinggal di daerah yang banyak nyamuk
Menjauhkan diri dari zat-zat kimia
Tidak mengonsumsi minuman beralkohol dan tidak menggunakan NAPZA.
MENIT
KUNJUNGI DAN SUBSCRIBE
Chanel youtube Sodik Koharudin untuk mendapatkan informasi video terbaru.